Maimun bin Mihran rahimahullah mengatakan: “Berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lisan adalah kebaikan. Yang lebih dari itu adalah seorang hamba mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala bermaksiat, kemudian dia menahan diri darinya.” Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata: “Bukanlah takwa itu dengan (amalan sunnah seperti) bangun di waktu
MENGAPA BUKAN AYAH SAJA YANG MENINGGAL? (Kisah anak yg menyadarkan kealpaan ayahnya…subhanallah!) Ia masih bocah, masih duduk di bangku kelas 3 SD. Pada suatu hari ustadz di kelasnya memotivasi para siswa untuk menjaga shalat jamaah shubuh. Bagi si anak, Shubuh merupakan sesuatu yg sulit bagi sang bocah,Namun sang bocah telah
Ia adalah Yazid bin Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam, Abu Khalid Al Qurasyi Al-Umawi. Amirul Mukminin. Ibunya bernama Atikah binti Yazid bin Muawiyah. Dibaiat sebagai khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz pada bulan Rajab tahun 101 H.[511] Yazid II ini dilahirkan di Damaskus tahun 71 atau 72 H. Sebelum
1. Kelahiran, masa pertumbuhan, dan tarbiyah yang beliau dapat. Beliau adalah seorang tabi’in (murid shahabat -pent) yang mulia, bernama ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abil ‘Ash bin Umayyah. Ibunya adalah Ummu `Ashim Laila binti ‘Ashim bin ‘Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Beliau dijuluki denga Asyaj(19)
Daru Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Abu Thalib pergi ke Syam (untuk berdagang), dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut bersama beberapa pemuka Quraisy. Tatkala mereka sampai di tempat Rahib, mereka singgah dan meletakkan perbekalan mereka. Kemudian Rahib itu keluar menemui mereka, padahal sebelumnya, ketika mereka lewat di situ,
Ibnu Sa’ad dalam kitab Ath-Thabaqat (VI/ 106) berkata, “Al-Fadhal bin Dakin meriwayatkan kepada kami dari Israil bin Yunus, la berkata, ‘Begitu menerima gaji, Abu Maisarah langsung mendermakannya. Lalu, ketika ia pulang ke rumah dan keluarganya menghitung sisa gajinya, ternyata jumlahnya masih utuh. la berkata kepada keponakan-keponakannya, ‘Kenapa kalian tidak melakukan
Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq rahimahullah berwasiat kepada putranya, Musa. Beliau rahimahullah berkata: Wahai anakku…. barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan mati dalam keadaan miskin. Barangsiapa yang tidak ridha dengan
Al-Lalikai dalam kitab al-Karamat (IX/248) berkata, “Kami mendapatkan riwayat dari Abdul Wahab bin Ali, dari Umar bin Ahmad, dari Muhammad bin Abdullah as-Susi, dari Muhammad bin Yazid al-Adami, dari Ibnul Fudain, dari Ayahnya, ia bercerita: ‘Sesungguhnya Karaz menjenguk Ibnu Syabramah yang sedang menderita penyakit karena selalu berdengung. Namun, Ketika Karaz
Pengalaman pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar telah menyisakan luka mendalam nan menyakitkan. Betapa tidak, walaupun jumlah mereka jauh lebih besar dan perlengkapan perang mereka lebih memadai, namun ternyata mereka harus menanggung kerugian materi yang tidak sedikit. Dan yang lebih menyakitkan mereka adalah hilangnya para tokoh mereka.
Beliau disusui oleh Tsuwaibah[1], maula Abu Lahab, selama bebarapa hari.[2] Kemudian, disusui oleh Halimah binti Abu Du-aib `Abdullah bin al-Harits as-Sa’diyyah. Diriwayatkan dari Halimah bahwa ia mengatakan, “Beliau tumbuh dalam sehari, sebagaimana anak tumbuh dalam sebulan.“[3] Beliau tumbuh sebagai anak yatim, lalu beliau diasuh oleh kakeknya, ‘Abdul Muththalib, kemudian oleh
Dari Muhammad bin Sa’d bin Abu Al- Waqqash dari ayahnya, ia mengatakan: Umar bin Al-Khaththab meminta izin masuk kerumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan di sekeliling beliau ada sejumlah wanita Quraisy yang berbicara banyak kepada beliau dengan meninggikan suara mereka melebihi suara beliau. Ketika Umar bin Al-Khaththab meminta
Dari Abdu Khair dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kebaikan itu bukan dengan bertambahnya harta dan anak tetapi kebaikan itu adalah bertambah banyaknya amal dan besarnya belas kasih. Tidak ada kebaikan di dunia kecuali milik salah satu dari dua orang, yaitu orang yang berbuat dosa lalu dia mengiringinya dengan taubat, atau