Kisah Syaikh Bin Baz & Kaum Muslimin China

Ada kisah menarik yang pernah dituturkan oleh Dr. Muhammad ibn Sa’d ash-Shuway’ir. Beliau bertutur,

“Waktu itu musim haji tahun 1986. Ini adalah tahun pertama Negara Komunis Cina mengizinkan kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji.

Di antara rombongan haji dari Cina tersebut, ada beberapa orang ulama Cina yang ingin bertemu dan menyampaikan salam kepada Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz.

Pemimpin para ulama ini adalah seorang ulama tua lulusan Universitas Al Azhar Mesir.

Ketika itu mereka masuk ke dalam ruangan Syaikh Bin Baaz. Di ruangan tersebut telah berkumpul beberapa orang. Pemimpin rombongan dari Cina memberikan salam kepada mereka, lalu bertanya,

“Di mana Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz? Kapan beliau akan tiba di sini?”

Salah seorang berkata, “Itu beliau, yang baru saja Anda beri salam…”

Ulama Cina tersebut seolah-olah tidak percaya…

Dengan bahasa Arab yang fasih dia terus meminta, “Saya ingin bertemu beliau sekarang.”

Aku pun mengatakan padanya, “Inilah Syaikh Ibn Baaz!” sambil menunjuk Asy Syaikh Ibn Baaz.

Orang tua tersebut lalu berdiri dan memperkenalkan diri kepada Asy Syaikh Ibn Baaz sebelum akhirnya menyalami beliau untuk yang kedua kalinya.

Aku pun membisiki Asy Syaikh Ibn Baaz, mengabarkan kepada beliau bahwa orang tua tersebut sangat ingin bertemu dengan beliau. Asy Syaikh Ibn Baaz lalu berdiri untuk memeluk orang tua itu. Orang itu lalu memeluk erat Asy Syaikh Ibn Baaz, kepalanya merapat di dada Asy Syaikh, menangis sambil berkata,

“Segala puji bagi Allah yang telah mengizinkanku untuk bertemu dengan mu wahai Syaikh… Di Cina kami sering mendengar tentangmu… Bahwa engkau selalu menebar harapan bagi setiap muslim, selalu mendukung mereka di mana pun mereka berada.”

Lalu salah seorang dari rombongan itu berucap kepada Asy Syaikh Bin Baaz,

“Berdoalah kepada Allah wahai Syaikh, agar Dia mengambil sepuluh tahun dari usiaku dan menambahkannya ke usiamu, karena dirimu sangat dibutuhkan oleh Islam dan kaum muslimin. Adapun aku, aku hanyalah seorang muslim biasa, seorang anak dari anak-anak kaum muslimin..”

Orang tua yang tadi kembali menangis tersedu-sedu, memeluk erat syaikh Ibn Baaz dan terus menerus mengulang,
“Segala puji bagi Allah yang telah mengizinkanku untuk bertemu denganmu sebelum kematianku. Sungguh aku telah menanti kesempatan ini sepanjang hidupku.”

(San’a 19 Ramadhan 1433 H – waktu sahur, diterjemahkan dari http://fatwa-online.com/jewelsofguidance/ibnbaaz/0020608.htm)

Disalin dari status Ustadz Wira Bachrun Al Bankawy via Facebook Salafiyunpad

Artikel: www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

 

Comments
All comments.
Comments