Ketika Anak Punk Bertaubat

Seorang anak muda bernama Umar, tinggal di daerah Pemalang Jawa Tengah. Dia dikenal sebagai anak bergaya preman, dengan potongan rambut “punk”, bagian tengah atas kepala dari depan sampai belakang disisir berdiri “njegrag” bagai jengger ayam. Pemuda macam ini tidak dekat dengan agama.

Kata seorang yang silaturrahim ke tempat saya, Umar banyak mendapat halangan justru ketika dia berubah jadi pemuda yang taat beragama. Namun tamu ini saat itu tidak banyak cerita bahwa Umar dulunya adalah pemuda punker, karena Umar sendiri ikut bertamu saat itu dalam keadaan sudah berjenggot, dan mengatakan mau belajar ke pesantren.

Lain kali setelah itu, tamu itu datang lagi tanpa membawa Umar. Dia bercerita bahwa Umar sekarang sudah menjadi santri di pesantren Bogor Jawa Barat. Dia ceritakan, semula Umar adalah pemuda yang ikut-ikutan dalam pengaulan anak muda, sampai rambutnya pun dibuat bergaya punk. (Yang namanya punk itu asalnya adalah orang-orang semacam gelandangan/ anak anak kuli di Amerika dan Inggris, kemudian membentuk grup musik The Ramones di Amerika dan Sex Pistols di Inggris tahun 1970-an. Mereka dulunya suka menyindir pemerintah, kadang dengan kasar. Gaya khasnya berpotongan rambut seperti jengger ayam disebut mohawk ala Suku Indian, dan rambutnya diwarnai dengan warna-warna terang. Sekarang punk itu menjadi aliran musik yang bercabang-cabang, dan dianggap paling ngetrend di dunia dalam musik rock. (Tulisan ini hanya sekadar menjelaskan sifat, bukan berarti menyetujui)

Ketika Umar bergaya punk seperti itu, orang-orang dan masyarakat sekitar sampai tokoh Islam bahkan orang tuanya diam saja.

Tetapi rupanya ada seseorang yang mendekati Umar, dengan menasihati dan mengajaknya ke jalan yang benar, yaitu mempeajari Islam dengan sedikit demi sedikit, dan aqidah (keyakinan) yang benar sampai ibadah dan akhlaq. Dalam tempo yang tidak lama, Umar berubah total. Dan pemuda punker yang berambut jengger, kemudian menjadi pemuda berkopiah putih, berjenggot, bahkan berbaju gamis putih dengan celana jigrang/cingkrang (di atas mata kaki) tetapi bukan LDII (Lembaga Dakwah lslamiyah, yang dulunya Islam Jama’ah, menurut penelitian Litbang Departemen Agama, yang sudah difatwakan sesat oleh MUI dan dilarang Kejaksaan Agung 1971, lihat buku Bahaya Islam Jama’ah, Lemkari, LDII).

Di saat Umar sudah meninggalkan gaya punk dan beralih dengan penampilan berpeci putih, berjenggot, bergamis putih dan bercelana cingkrang, ternyata halangan dan gunjingan justru bertubi-tubi. Sampai-sampai ada yang memegang kerah bajunya dan siap menghantamnya. Yang mau menghantamnya itu bukan preman, tetapi justru tokoh agama dari kalangan tradisional. Padahal Umar tidak mengganggu mereka, hanya berpenampilan untuk dirinya sendiri. Dia tidak suka acara acara bid’ah juga untuk dirinya sendiri.

Lebih aneh lagi, ketika Umar sedang tidur, tahu-tahu jenggotnya dipegang orang erat-erat dan mau dipotong. Ternyata yang akan memotong jenggot Umar ini adalah ibunya sendiri. Maka umar bangun, lalu berkata:

“Bu, kalau saya mau jadi orang yang benar, justru dihalangi, ketika jadi preman didiamkan. Maka mari kita beli anggur berkrat-krat, nanti kita mabuk-mabukan di jalanan, sambil berjoget-joget bersama, Bu.”

Sejak itu ibunya tidak mengganggunya lagi. Kemudian Umar mencari pesantren yang bisa menampung dirinya untuk belajar agama dengan gratis. Karena dari orang tua tidak ada harapan. Umar kemudian mendapatkan tempat untuk belajar seperti apa yang ia inginkan. Alhamdulillah Rabbil Alamin.]

(Oleh Ust. Hartono Ahmad Jaiz, Majalah Qiblati ed 08/III)

Sumber: Catatan Facebook Abu Fahd Negara Tauhid

Artikel: www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Silahkan di Share, Copas, Dan Lain-Lain, Dengan Tetap Mencantumkan Sumbernya.

Comments
All comments.
Comments