Di jelaskan dalam kitab “Zuhud” karangan Abdullah bin Mubarak rahimahullah hal 491. Dari Umar bin Khattab radiyallahu anhu bahwasanya beliau pernah berkata: “Jangan coba-coba engkau menjerumuskan dirimu ke dalam perkara yang tidak ada gunanya, menyingkirlah dari musuhmu, ketika meminta bantuan untuk menjaga barangmu maka pilihlah orang yang bisa di percaya,
Ibnu Al Jauzi rahimahullah memberi nasihat agar manusia menyadari kemuliaan waktunya dan harga waktunya, maka ia hendaklah tidak mensia-siakannya walau sebentar kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hingga ia memprioritaskan yang paling utama dari perkataan dan perbuatan. Ibnu Al Jauzi juga menyebutkan bahwa sebagian para pendahulu juga tidak mensia-siakan waktu
Ada anak berkata pada bapaknya: “Ada tukang sampah di depan pintu”. Bapaknya menjawab: “Wahai anakku, kitalah tukang sampah dan dia ahli kebersihan yg datang membantu kita” #Page “Haula Al-‘Alam” via Status Nasehat Artikel: www.kisahislam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam =
Imam Al Ghazali menyatakan di dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, 1/69, ”Barang siapa diam karena tidak tahu dan itu dilakukan karena Allah maka pahalanya tidak lebih sedikit dibanding siapa yang berbicara, karena pengakuan atas ketidaktahuan lebih berat bagi hati.” (hidayatullah.com) Artikel: www.kisahislam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam =
Ibnu Mas’ud rodhiyallaahu ‘anhu berwasiat kepada rekan-rekannya, beliau berkata, “Jadilah kalian sumber-sumber ilmu, lampu-lampu petunjuk, tikar-tikar rumah, obor-obor malam, berhati besar, berpakaian sederhana, dikenal di langit dan tidak dikenal di antara penduduk bumi.” Bila ada yang berkata, ini mengandung keutamaan ketidaktenaran dan celaan terhadap kemasyhuran, lalu adakah kemasyhuran yang lebih
Seorang miskin mengadukan kemiskinannya kepada seorang berilmu. Si miskin memperlihatkan kesedihannya yang mendalam atas keadaannya. Maka orang berilmu itu bertanya kepadanya, “Maukah kamu mempunyai sepuluh ribu dirham dan kamu buta?” Dia menjawab, “Tidak.” Orang berilmu bertanya lagi, “Maukah kamu mempunyai sepuluh ribu dirham dan kamu bisu?” Dia menjawab, “Tidak.” Orang
Jika engkau hendak berbicara,maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata,sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,dimana Beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata kepada salah seorang pendampingnya, “Wahai Fulan, Aku tadi malam tidak bisa tidur karena merenungkan sesuatu.” Dia berkata, “Apa yang sedang Engkau renungkan, wahai Amirul Mukmmin?” Beliau menjawab, “Aku sedang merenungkan kuburan dan penghuninya. Jika kamu menyaksikan mayat pada hari ketiganya di dalam kubur, nisc
Imam Ibnu Hazm berkata: “Sebuah cara yang paling manjur untuk mendapatkan ketenangan adalah mengabaikan omongan orang dan memperhatikan ucapan Sang Pencipta alam. Barangsiapa yang menyangka bahwa dirinya bisa selamat dari celaan manusia, maka dia telah gila. ->Seorang yang mencermati secara seksama -sekalipun ini pahit rasanya- niscaya akan mengetahui bahwa celaan
Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar : “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk or ang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga).” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no 6500).Basyr bin Al Harits berkata,
Sombong terhadap orang lain adalah termasuk perkara yang dibenci Syari’at. Banyak ayat dan hadits yang memerintahkan manusia agar menjauhi sikap yang tercela ini. Salah satu sifat rendah diri seorang imam yang pantas dicontoh adalah apa yang dilakukan oleh tokoh pembesar madzhab syafi’i Abu Ishaq asy-Syirazi -rahimahullah-. Pada suatu hari beliau
Al Bukhari rahimahullah bercerita: “Sewaktu masih kecil, aku pergi ke majlis para fuqoha, apabila aku datang, aku merasa malu untuk mengucapkan salam kepada mereka. Seorang muaddib berkata kepadaku: “Berapa hadits yang telah kamu catat di hari ini ?” Aku menjawab,”Dua.” Ternyata orang-orang yang berada di majlis mentertawakanku. Salah seorang Syaikh